Langsung ke konten utama

Cinta...? #01

Bagaimana aku menjalani cinta selama ini?

Berpindah-pindah hati, dengan alibi mencari cinta yang pasti. Padahal bisa saja yang kutemui itulah si cinta sejati. Namun diriku tak bisa berhenti. #bcd 


Jadi gini,
Setelah penuh petualangan dan menyicip segala rasa cinta—cinta monyet, cinta babi, cinta segitiga, cinta pentagon, cinta-cintaan, cinta beneran tapi ditinggal pergi, cinta tapi gengsi, cinta dalam diam, cinta bertepuk sebelah kaki—aku menyadari bahwa tidak semua lelaki itu brengsek. Meskipun tidak menutup kemungkinan tetap saja ada lelaki hidung belang di setiap sudut kesempatan. 

Cinta nggak melulu soal kabar-mengabari. Cinta nggak melulu soal nafsu. Cinta nggak melulu soal obsesi. Kalau masih bocah ya emang gitu sih. Nggak ngabarin seharian dikiranya selingkuh. Di listchatnya ada kontak cewek satu doang, cuma nanya tugas, marahnya sampe Eropa gempar. Isi statusnya langsung kata-kata galau, seolah butuh bahu lain untuk bersandar. Profil medsosnya langsung item, blank. Tiap ditanyain kenapa, jawabnya, "Gapapa kok." ato kalo engga, "PACARKU JAHAAAATTT!!!1!1" 

Ya, saya sebenarnya juga (pernah) seperti itu sih. #nggaksadardiri

Iyaiya, sampai sekarang juga masih kekanakan kayak gitu sih—tAPI AKU UDA MULAI MENGURANGI HAL GAGUNA KEKGITU KOK UWU #nggaksadardiri(2)

Oke, kembali ke topik. 
Cinta itu emang isinya gitu-gitu doang kok, sebenarnya. Meskipun ganti sejuta cowok pun, ganti sejuta cewek pun, cinta tuh ya gitu-gitu aja KALO emang niatnya cuma cinta-cintaan doang. Nggak ada niatan serius or something like that. 

Nanti juga bakal ngerasain kok, semakin dewasa, apa yang kamu lakuin juga semakin banyak. Orientasi hidupmu nggak cuma dia-dia-dia 24 jam nonstop. Pikiranmu nggak melulu mikirin dia, hatimu nggak selalu deg-degan tiap ngeliat dia. Lebih deg-degan kalo liat isi dompet yang tiba-tiba kosong tak bersisa :")

Kamu bakal punya kegiatanmu sendiri, dan diapun juga. Kalian bakal sering uring-uringan untuk hal sepele, dan makin mudah buat baikan karena hal itu pula. Berantem itu wajar kok. Apalagi buat hal sepele aja. Ya namanya juga orang pacaran tuh pasti ada aja deh bahan buat diributin. Tapi dengan begitu kalian makin bisa memahami perasaan satu sama lain. Memahami pribadi satu sama lain. Dan lalu ke depannya, kalian bisa semakin menjadi pribadi yang sempurna untuk pasangan kalian. 


Dengan begitu, taadaa! Cinta yang sejati sudah ada di depan mata. Selamat menjalankan ibadah jatuh cinta! 














Tapi sayangnya cinta kadang nggak sesimple itu, kan? 

---




Tulisan ini dibuat atas dasar kurang sadar diri dan pikiran yang terlalu banyak ditimbun curhatan teman. 
Sekian. 

— kaniyoàraa, yang baik dan manis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10pm thoughts #3

Aku benar-benar minta maaf tidak bisa meninggalkan egoku. Aku yang sudah terpaku padamu seorang tak bisa merasakan nyaman dengan orang lain. Kau, hanya kau saja yang ada di pikiranku, dan hanya kepada kau saja aku ingin berbicara. Aku berusaha keras untuk tak lagi melarangmu melakukan apapun yang kau inginkan. Namun, ternyata aku menyiksa diriku sendiri. Aku tak bisa. Aku ingin tetap menjadi satu-satunya hal yang menjadi favoritmu ketika kau buka matamu dan menyapa pagi meskipun tanpaku di sampingmu. Aku ingin tetap menjadi satu-satunya hal yang kau inginkan sepanjang hari. Aku ingin menjadi satu-satunya hal yang kau butuhkan setiap waktu. Ternyata tidak bisa. Aku tidak ingin memenangkan egoku lagi. Aku takut muak menyergapku dengan cepat, memintaku untuk segera pergi darimu. Aku tidak ingin itu terjadi. Aku masih ingin bersamamu, meskipun nanti--cepat atau lambat--kita akan kembali menjadi sepasang asing yang mencoba tak saling menemukan untuk kedua kalinya. — kani...

Surat Untuk Kakak

Hai, kakakku.  Sepertinya ini surat pertamaku untukmu, ya? Hehe, maafkan aku. Bukannya aku melupakanmu, bukannya aku mengingatmu hanya ketika aku sedang bersedih, hanya saja ada satu dua hal yang menyita pikiranku hingga tak dapat kualihkan untuk sekedar menyapamu. Aku tak sepandai dirimu dalam hal menulis, idolaku. Aku hanya bisa mencurahkan apa yang kumau meskipun itu berantakan. Aku tahu kau pun akan memakluminya. Biar aku katakan ini. Kakak, aku menyayangimu. Aku menyukai bagaimana kau fokus mengejar targetmu, menyelesaikan semua pekerjaanmu, dan ditengah kesibukanmu kau masih menyempatkan diri untuk menanyakan kabarku.  Aku akan selalu baik-baik saja, kak. Selama kau juga baik. Terkadang ketika malam datang, sunyi memancing potongan-potongan ingatan tentang kebersamaan kita dulu. Hal-hal kecil yang menyenangkan, aneh, dan mungkin memalukan bagiku terus berputar tanpa lelah. Aku masih ingat bagaimana kau selalu menyemangatik...

Amaris | #00 - Prologue

Itu terakhir kalinya aku melihat Amaris dalam hidupku.  Malam purnama waktu itu, Amaris yang berdiri di tepi tebing disinari cahaya rembulan perlahan menghilang dari mataku. Tubuhnya berubah menjadi ribuan bahkan jutaan serpih cahaya yang terbang ke langit. Kala itu, aku bisa dengan jelas melihat ekspresinya yang ketakutan. Wajahnya yang manis sangat pucat dengan sudut bibir yang sedikit berdarah. Sorot matanya memancarkan kesedihan.  "Aku tidak ingin pergi..." Kalimat terakhir darinya membuat kedua mataku memanas. Aku menangis di hari kepergiannya, dan hari-hari berikutnya. Hingga hampir satu tahun terlewati begitu saja, aku masih belum bisa melepas bayang-bayang malam itu.  Amaris pergi sambil menangis. Air matanya tampak menetes deras di pipinya sesaat sebelum tubuhnya perlahan berubah transparan. Amaris menyatu dengan warna langit malam, seperti warna rambutnya, rambut yang dulunya berwarna silver, yang selalu ia banggakan.  Di umur ke 17, warna rambut Amaris ber...