Aku hanyalah seorang gadis rapuh, yang tak jarang menangis karena hal sepele. Yang suka mempermasalahkan hal kecil hingga jadi bara amarah. Yang tak bisa diam, overheboh terhadap banyak hal.
Kau bisa bilang aku kekanakan, di umur yang kerap disebut masa remaja ini. Aku tak bisa bersikap dewasa seperti yang lain, otakku tak pernah bisa dingin dan hatiku tak pernah bisa tenang. Jantungku tak pernah bisa berhenti nyeri setiap berdetak, tubuhku tak pernah bisa berhenti bergetar setiap bicara di depan banyak orang.
Kau bisa bilang aku terlalu dini untuk mengenal cinta. Ya, perasaan bahagia yang disatukan dengan bumbu-bumbu perih, seolah haram untuk kuicip sekarang ini. Masih terlalu kecil untuk mengerti sakitnya patah hati, katanya. Tapi ku tak peduli, begini-begini aku orang yang keras kepala, ingin selalu mencoba hal baru yang kutemukan.
Tapi kupikir, ada benarnya juga kau. Aku belum bisa menerima rasa sakit hati yang sungguh menyiksa batin ini. Mataku tak henti menangis, mulutku tak henti meracau. Tak henti kubisikkan pada angin perihal dirinya yang begitu berkilau di mataku, hangat di hatiku.
Aku ingin mengulang masa sebelum bertemu dengannya. Lalu menjaga hati, menjaga perasaan ini agar tak terjerumus dalam jaring laba-labanya. Aku tak ingin terjatuh hanya karena rasa yang salah.
Tapi aku tak bisa mengulang waktu.
—kaniyoàraa
Komentar