Sudah kukatakan berjuta-juta kali,
Mungkin kau sudah bosan pula mendengarnya.
Meskipun begitu, aku tak akan pernah berhenti mengutarakannya padamu.
Ya, hanya kepadamu seorang hati ini berlabuh.
Hanya kepada dirimu, tempat yang selalu kujadikan sandaran kala senang maupun sedih.
Kutahu kau pun hanyalah manusia biasa,
bukan malaikat sempurna yang diutus Tuhan untuk menemani sepiku.
Di segala kelebihanmu, dibalik ketampananmu, di antara kebaikanmu,
Ada secuil dua tiga empat kelemahan yang sengaja tak sengaja kau tutupi dariku.
Aku tahu, dan aku memakluminya.
Akupun juga tak sempurna, sayang.
Aku hanya memiliki sepotong cinta,
Dan hanya kaulah yang bisa melengkapinya.
Terima kasih, cinta.
Kau hadir mengubah rasa sakit ini,
Menjadi bahagia yang tak henti membuncah dalam dada.
Menghadirkan senyum di hari-hari gelap yang kulewati.
Sekali lagi terima kasih, cinta.
Berkatmu, aku terbebas dari rantai belenggu masa lalu.
Cahayamu menyinari hatiku yang terlampau gelap,
Kau dengan berani menghalau sarang-sarang kesedihan,
Yang terlanjur bersemayam dalam jiwaku.
Cinta, ini yang terakhir.
Kuucapkan terima kasih lagi.
Berkatmu pula, kurasakan kembali apa itu kehilangan yang sesungguhnya.
Ku bisa kembali merasakan pahitnya pengkhianatan,
Tikaman sakit di ulu hati yang terus datang bertubi,
Aku lengah, aku kalah lagi.
Maaf, cinta.
Ku tak lagi mengharap hadirmu dalam duniaku yang terlanjur pekat.
Ku tak mampu mengucap terima kasih atas apa yang telah kau perbuat padaku.
Maaf, cinta.
Biarkan rasa ini mati.
Lagi.
—kaniyoàraa
Mungkin kau sudah bosan pula mendengarnya.
Meskipun begitu, aku tak akan pernah berhenti mengutarakannya padamu.
Ya, hanya kepadamu seorang hati ini berlabuh.
Hanya kepada dirimu, tempat yang selalu kujadikan sandaran kala senang maupun sedih.
Kutahu kau pun hanyalah manusia biasa,
bukan malaikat sempurna yang diutus Tuhan untuk menemani sepiku.
Di segala kelebihanmu, dibalik ketampananmu, di antara kebaikanmu,
Ada secuil dua tiga empat kelemahan yang sengaja tak sengaja kau tutupi dariku.
Aku tahu, dan aku memakluminya.
Akupun juga tak sempurna, sayang.
Aku hanya memiliki sepotong cinta,
Dan hanya kaulah yang bisa melengkapinya.
Terima kasih, cinta.
Kau hadir mengubah rasa sakit ini,
Menjadi bahagia yang tak henti membuncah dalam dada.
Menghadirkan senyum di hari-hari gelap yang kulewati.
Sekali lagi terima kasih, cinta.
Berkatmu, aku terbebas dari rantai belenggu masa lalu.
Cahayamu menyinari hatiku yang terlampau gelap,
Kau dengan berani menghalau sarang-sarang kesedihan,
Yang terlanjur bersemayam dalam jiwaku.
Cinta, ini yang terakhir.
Kuucapkan terima kasih lagi.
Berkatmu pula, kurasakan kembali apa itu kehilangan yang sesungguhnya.
Ku bisa kembali merasakan pahitnya pengkhianatan,
Tikaman sakit di ulu hati yang terus datang bertubi,
Aku lengah, aku kalah lagi.
Maaf, cinta.
Ku tak lagi mengharap hadirmu dalam duniaku yang terlanjur pekat.
Ku tak mampu mengucap terima kasih atas apa yang telah kau perbuat padaku.
Maaf, cinta.
Biarkan rasa ini mati.
Lagi.
—kaniyoàraa
Komentar