Dia seperti gula,
Wajar jika banyak semut yang mengerubunginya,
Ingin memilikinya.
Dia seperti matahari,
Wajar jika banyak planet mengitarinya,
Ingin selalu dekat dengannya.
Dia seperti boneka lucu,
Wajar jika banyak gadis ingin membelinya,
Ingin memonopolinya.
Cinta memang semenyedihkan itu,
Dia bagai cahaya, dan kau hanyalah bayangan saja.
Dia bagai bintang, dan kau hanyalah serpihan debu angkasa saja.
Dia bagai bunga, dan kau hanyalah secuil duri di batangnya saja.
Jadi wajar saja, bukan?
Jika dia lantas memilih bersama yang lain,
Karena kau tak semenarik itu.
Wajar, bukan?
Jika hatinya lari ke gadis lain,
Karena kau tak mampu membuatnya semakin jatuh hati padamu.
Wajar, kah?
Jika rasa ini tak bisa merelakan,
Melihat kau sibuk bercanda dengan gadis lain,
Sedangkan aku sibuk menangis mencari alasan lain,
Untuk tetap bertahan atau melepasmu.
Wajar, kah?
— kaniyoàraa
Wajar jika banyak semut yang mengerubunginya,
Ingin memilikinya.
Dia seperti matahari,
Wajar jika banyak planet mengitarinya,
Ingin selalu dekat dengannya.
Dia seperti boneka lucu,
Wajar jika banyak gadis ingin membelinya,
Ingin memonopolinya.
Cinta memang semenyedihkan itu,
Dia bagai cahaya, dan kau hanyalah bayangan saja.
Dia bagai bintang, dan kau hanyalah serpihan debu angkasa saja.
Dia bagai bunga, dan kau hanyalah secuil duri di batangnya saja.
Jadi wajar saja, bukan?
Jika dia lantas memilih bersama yang lain,
Karena kau tak semenarik itu.
Wajar, bukan?
Jika hatinya lari ke gadis lain,
Karena kau tak mampu membuatnya semakin jatuh hati padamu.
Wajar, kah?
Jika rasa ini tak bisa merelakan,
Melihat kau sibuk bercanda dengan gadis lain,
Sedangkan aku sibuk menangis mencari alasan lain,
Untuk tetap bertahan atau melepasmu.
Wajar, kah?
— kaniyoàraa
Komentar