Aku menikmatinya, detik demi detik yang kulewati bersama kalian, kawan-kawanku.
Aku menghargai bagaimana kalian saling membangun hubungan--meskipun terkadang menggunakan bahasa sarkas yang menurutku terlalu berlebihan.
Aku terbiasa dengan semua hal yang kalian lakukan.
Tiba-tiba, keadaan berubah begitu saja.
Topik yang dibawakan begitu membosankan.
Satu persatu hal muncul membuatku muak.
Aku tidak nyaman.
Aku ingin pergi.
Berkali-kali aku pergi, dan berkali-kali aku menetap.
Aku ingin menemukan tempat yang tepat.
Tapi mengapa bagi kalian ini adalah hal yang mudah, tetapi bagiku sangatlah sulit?
Tuhan, mengapa tiba-tiba semua terasa tidak adil?
Aku, seorang kawan yang memutuskan untuk pergi.
Entah kau sebut aku kawan atau lawan, atau hanya sebuah angin yang berlalu begitu saja.
Pernahkah kalian menganggap eksistensiku?
Pernahkah kalian peduli padaku?
Tuhan, izinkan aku untuk menyerah lagi.
Dan izinkan aku untuk berani membangun kepercayaan lagi.
Aku muak hidup sendiri, di kubangan dingin tanpa cahaya mentari.
— kaniyoàraa
Aku menghargai bagaimana kalian saling membangun hubungan--meskipun terkadang menggunakan bahasa sarkas yang menurutku terlalu berlebihan.
Aku terbiasa dengan semua hal yang kalian lakukan.
Tiba-tiba, keadaan berubah begitu saja.
Topik yang dibawakan begitu membosankan.
Satu persatu hal muncul membuatku muak.
Aku tidak nyaman.
Aku ingin pergi.
Berkali-kali aku pergi, dan berkali-kali aku menetap.
Aku ingin menemukan tempat yang tepat.
Tapi mengapa bagi kalian ini adalah hal yang mudah, tetapi bagiku sangatlah sulit?
Tuhan, mengapa tiba-tiba semua terasa tidak adil?
Aku, seorang kawan yang memutuskan untuk pergi.
Entah kau sebut aku kawan atau lawan, atau hanya sebuah angin yang berlalu begitu saja.
Pernahkah kalian menganggap eksistensiku?
Pernahkah kalian peduli padaku?
Tuhan, izinkan aku untuk menyerah lagi.
Dan izinkan aku untuk berani membangun kepercayaan lagi.
Aku muak hidup sendiri, di kubangan dingin tanpa cahaya mentari.
— kaniyoàraa
Komentar